Kamis, 28 Maret 2013

NLS (You Change My Life) PART 3

PART 3



Aku tersadar setelah seseorang menepuk pundakku dan aku buru-buru mengelap tangisku walaupun hanya sedikit air yang jatuh..Aku sadar dia ternyata Niall dan dia menatapku bingung.


“Lo nangis?” Niall menatapku dengan bingung dengan wajah seriusnya. Ini pertama kalinya aku melihat wajahnya dengan penuh makna, wajahnya berubah, itu bukan wajah cowok cuek yang aku temui tadi pagi ataupun wajah cowok pembantah guru karena diriku. Aku segera melenyapkan fikiran itu dan tersadar.
“hah? Nggak” kataku sambil mengusap pipiku yang basah.
“lo aneh ya. Nangis di ambang pintu itu ngalangin jalan orang tau gak?” dia seperti mempermainkan orang, wajahnya dari serius lalu ke wajah yang seperti menyebalkan lagi.”pakai nih” dia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan memberikannya padaku.

Dulu, saat aku bersama Alvin, dia selalu membuatku nyaman apapun keadaanku. Mengusap pipiku ketika aku menangisa karena hal sepele, tapi sekarang Niall. Dulu, Alvin yang selalu memberiku pelukan ketika aku menangis, dia yang selalu bilang padaku ‘everything’s gonna be alright. I always by your side’.  Aku mengambil sapu tangannya “thanks” untuk pertama kalinya aku tersenyum padanya dan berterimakasih.

“butuh temen buat share?” dia menawarkan

“Lo anggap gue temen?” aku bertanya dengan pertanyaan tolol ini.

“gue gatau, tapi yang jelas gue ga pernah tega lihat cewek nangis kayak gini” untuk pertama kalinya juga ia membuatku nyaman di dekatnya, lalu kami duduk di bangku kelas kami, aku hanya tersenyum melihatnya.

“Lo sedih ya? Tapi kok tiba-tiba?” tanya niall penasaran. Ini pertama kalinya gue liat dia gak cuek

“eh? Niall horan bisa perhatian juga?” tanyaku polos

“dan apa gue harus ninggalin cewek yang lagi nangis gitu? Listen, gue ga seburuk sama apa yang lo tau. Gue gasuka lihat cewek nangis, gue suka ketika melihat mereka tersenyum” katanya lagi sambil memegang ke-2 pundakku dan mulai menatap mataku, akupun sebaliknya menatap bola matanya yang biru, indah, dan hidup dalam kegelapan.

‘dulu Alvin yang selalu bilang gitu ke gue, dia yang akan buat gue selalu tersenyum dan gasuka lihat gue nangis’ batinku saat menatap mata niall. “Alvin” kataku pelan dan tanpa kesadaran.

“Alvin?”kata niall, rupanya dia menyadari aku mengatakan itu.
“maaf, nevermind” kataku buru-buru
“gue keluar dulu. Ada perlu. Pastiin sapu tangan gue lo cuci sebelum lo balikin” katanya dengan wajah mempermainkan. Dia melangkah keluar dari ambang pintu dan aku sendirian di kelas.

“uh, cowok nyebelin! Minjemin kayak ga ikhlas” gerutuku setelah dia jauh ‘tapi ternyata dia ga seburuk yang gue fikirin. Dia….. ah, apa sih gue nih. Dia beda sama Alvin! Gaada mirip-miripnya!’ batinku. Aku cepat-cepat mengenyahkan fikiran bodoh itu, dia Cuma kasihan sama gue dan mungkin tadi Cuma acting. Udahlah, si cowok sinting itu gausah gue fikirin lagi. ‘ini sapu tangan ngapain gue ambil lagi’ batinku menggerutu lagi, yap! Mood gue masih ancur loh.


>SKIP< pulang sekolah

Zayn datang ke kelasku dan saat semua anak masih ada, mereka menghampiri zayn. Zayn udah kayak artist aja dikerumuni cewek-cewek, lalu Niall menghampiri dia ketika perempuan-perempuan itu pergi dari zayn.

“what are you doing here, zayn? Lo bisa remuk sama mereka haha” kata niall menghampiri zayn, pastilah aku mendengarnya. “hey niall! I just wanna pick up her. Evanna” kata zayn lagi dan Niall menunjukkan wajah tanda tanya besarnya itu dan aku rasa mereka akan mengobrol untuk beberapa saat. Aku masih duduk di kursiku, sembari membereskan barang2 di mejaku.

“waaahh, eva… zayn picks you up?! Oh, dimana kamu mengenalnya?” Julie tiba-tiba menengok kebelakang, ke mejaku.
“oh, aku ketemu dia di perpustakaan saat istirahat tadi” kataku masih dengan membereskan buku-bukuku.
“kamu itu beruntung banget!” sambung Helena.
“biasa aja kalo menurutku, haha. Um, yaudah ya. Aku pulang duluan! Bye” kataku mau melangkah pergi menuju ke luar kelas tapi seseorang menghalangi jalanku. Guess who? Katie dan ke-2 temannya, aku rasa mereka sejenis “gank tidak ternama” di Norcross London School ini.

“Cewek beruntung hari ini ternyata si anak baru! Udah duduk di sebelah niall dan sekarang dijemput sama zayn malik!” celoteh si Katie itu, aku rasa dia menyukai niall dan zayn atau mungkin seluruh laki-laki di dunia ini dia suka.

“is there any problem for you?” kataku singkat.

“kamu itu nyebelin banget sih! Dasar anak baru!” katanya lagi sambil mendorong bahuku. Aku tidak melawan karena aku lelah bertengkar dengan cewek gila ini, lebih baik diam. Lalu dia angkat kaki duluan dari kelas, Julie dan Helena menghampiriku. Tentu aja mereka nanyain aku kenapa dan harus jauh2 dari si Katie and kawan-kawannya itu and I just say ‘it’s okay’. Lalu aku menemui zayn sendiri dan rasanya niall sudah pulang duluan, syukurlah.

“hey zayn! Sorry lama. Tadi ada accident kecil di kelas” kataku saat bertemu dia di luar kelasku.

“it’s okay beauty” katanya enteng.

“sorry?” kataku karena mendengar dia memanggilku dengan sebutan ‘beauty’. Jujur saja, sejak istirahat tadi aku masih terfikir Alvin. Dia memanggilku ‘adek’, bagi dia aku adalah adik yang paling dia sayangi begitupun aku dia adalah bagaikan kakak yang paling kusayangi.

“nevermind. Oh iya, tadi kata niall jangan lupa balikin sapu tangannya” kata zayn lagi

“uh, cowok gila itu nyebelin banget!” keluhku dengan wajah cemberut, mood ku berubah lagi. Zayn Cuma tersenyum melihatku.
By the way, aku sudah mengambil buku2 pelajaranku saat istirahat ke-2 dan untungnya bukunya ga terlalu berat,jadi bisa masuk tas.

“pacarmu ga marah kamu anter aku pulang?” tanyaku asal
“pacar? Aku masih single lagi” katanya sedikit tertawa
“huh? Masa sih? Ga percaya deh haha”, candaku
“beneran. Cari pacar susah kali”, balas zayn

“oh iya, alamat rumahmu dimana?” tanya zayn setelah keluar dari gerbang sekolah
“Bradford blok F no. 17” kataku dengan senyum simpul
“really? Rumah kita deketan dong? Aku blok D tapinya no. 15
Di mobil kita sharing tentang harry potter, semuanya tentang itu.

-----home----

“thanks for today zayn! I wish we can be close friend” kataku saat telah mencapai depan rumahku sembari melepaskan sabuk pengamannya.
“yap! You’re welcome” katanya dan aku membuka pintu mobil silvernya itu. “evanna!” katanya lagi sambil meraih pergelangan tanganku. Aku salting lagi dan memegang leher belakangku, itu adalah kebiasaanku jika aku sedang bingung ataupun salting.
“um, yea?” kataku
“take this! Call me maybe” ucapnya sembari memberiku kertas berisi nomor handphone, serta pinBBnya.
“oh yeah, sure;)” kataku sambil menutup pintu mobilnya. Lalu dia pergi.

Aku masuk ke dalam rumah dan mendapati Luna dan Mom, sedang menonton suatu wawancara artist gitu lah istilahnya Talk show kali ya. Judul acaranya “Talk with Us”. Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu, makanya mungkin aku salah 1 anak yang ketinggalan jaman, aku lebih suka bergelut dengan buku-buku atau hang out dari rumah ke alam bebas, bukan hutan liar juga. Tapi, karena aku sedang malas jadi aku bergabung dengan mom dan adikku, Luna.

“hello mom! Hello luna!” kataku sambil duduk disebelah mom dan mengambil popcorn yang ada di tangan luna.

“hey you! Give it back!” kata Luna sambil bergaya seakan-akan dia sedang bermain di film detective.

“hello dear!” kata momku. Aku membaringkan diri di sofa putih tempat mom dan luna duduk, sangat empuk gumamku.
“evanna, aku lihat di acara ‘talk with us’ yang lagi iklan itu personil-personil one direction sekolah di sekolahmu” kata luna “di Norcross London School, is that true?” sambungnya lagi.
“hah? Siapa tuh one direction? Lo salah kalo nanya kayak gitu ke gue. Gue gatau” kataku sambil mengunyah popcorn. Aku memang suka makan, tapi bisa di forsir kok.
“luna luna, kamu kok tanya ke kakak kamu yang kuper ini? Dia gatau sayang” kata mom dengan candanya
“yeee, mom ini. Aku emang gasuka lihat acara ga jelas kayak gitu” sahutku lagi
“mom, aku rasa evanna perlu diberi tontonan tv lebih banyak” kata luna datar
Aku dan mom hanya bisa tertawa mendengarnya, hubungan keluargaku cukup baik. Kami lebih suka tertawa bersama di ruang keluarga, sekalipun ada yang tidak mau keluar kamar itu adalah aku, bergelut dengan novel-novelku.

Ga lama, acara talk show TV itu mulai lagi…
“nah itu tuh one direction!” kata luna semangat. Aku memerhatikan baik-baik dan samar-samar aku seperti mengenal 2 orang yang katanya merupakan anggota One Direction. yang satu dengan tampilan cool tapi santai dan yang satu lagi irish. ‘kok mirip zayn sama si cowok gila itu ya (niall)?’ batinku.
“wah ada zayn malik, dia baru datang kayaknya. Tadi mereka Cuma ber4. Evanna, aku tunjukkin nih, yang irish itu niall horan, yang sebelahnya niall itu liam payne, yang tengah harry styles, itu Louis tomlinson dan itu zayn malik” kata luna lagi dengan cepatnya.
“TUNGGU! Tadi kamu bilang apa? Z…z…za…zayn malik? Dan cowok gila? Ehm, maksudku Niall Horan?” mataku menuju pandangan kea rah luna serius.

“iya, zayn javaad malik and niall james horan! Dia anggota 1D!” luna histeris.

“kenapa eva?” mom kali ini bicara. ‘zayn malik and cowok gila itu? Artist?’ batinku. Lalu aku menanyakan lagi semua tentang anggota 1D kepada luna, dia fans berat mereka dan aku baru tau itu SEKARANG. Kakak macam apa? Maaf, kalo music aku Cuma fanatic sama westlife dan taylor swift dan justin bieber. Dan aku  menceritakan kejadian di sekolahku hari ini, mulai dari ketemu niall dan pulang bareng zayn, mom pun memperhatikannya dengan serius. Sedangkan talk show yang berlangsung jadi kita anggurin deh, kalo gue sih bodo amat.

“JADI KAMU TADI PULANG SAMA ZAYN MALIK? DAN DISEKOLAH SEBANGKU SAMA NIALL HORAN??!!” dia berdiri menatapku tak percaya
“iyaaaa, jangan berlebihan deh” kataku singkat dengan ekspresi datar, habis dia lebay sih nanyannya.
“cieee, hari pertama di anter pulang sama artis. Dan sekelas sama artist, ehmmm” mom meledekku dan ekspresiku menjadi blushing tapi tetap datar.
“mom apaan sih”




Kira-kira habis ini Eva mau ngapain lagi ya?
Next Part, okay? :)x
Please Leave your comment
Thanks^^

NLS (You Changed My Life) PART 2


Part 2

Lalu cowok yang tadi mengambil novel yang sama sepertiku menghampiriku ketika aku sudah duduk di salah satu kursi perpustakaan itu dan duduk di sebelahku.

“maaf buat yang tadi, aku tidak lihat” katanya sambil menarik kursi dan duduk disebelahku.
it’s okay, bukan salah siapa-siapa” balasku seraya tersenyum kilat
“penggemar harry potter juga ya?” tanyanya lagi. Cowok itu bisa dideskripsikan seperti ini: cowok yang tampan, dengan perpaduan English-arabian, cukup tinggi sekitar 15 cm diatasku, cara berpakaian ala remaja yang santai tapi cool, bisa dibilang cowok ini punya daya tarik secara langsung.
YES. I’m potterhead”, jawabku.
“oh, sama. Yaudah, baca aja dulu bukunya” kata cowok ini lagi. ‘Cowok yang ga banyak omong’ batinku dan aku melanjutkan membaca novel ini.


Aku dan dia membaca novel itu, sekitar 30 menit dan aku selesai membaca sekitar 5 chapter/ setengah dari isi buku dan dia sudah ¾ dari isi buku. Aku tidak berminat untuk meminjam novel itu, karena di rumah pun sudah ada. cowok yang tadi juga sepertinya tidak ingin meminjam buku itu. Kemungkinan terbesar dia hanya ingin mengisi waktu luang. Kemudian kami ber-2 keluar dari perpustakaan dan berjalan menyusuri koridor sekolah sambil mengobrol.

“what’s your name?” tanya cowok tadi setelah kami keluar dari perpustakaan.
Evanna. Evanna Lawrence Watson” kataku singkat.
“I’m zayn javaad malik. Call me zayn! Your name is beautiful as you. Um, kamu anak baru ya? Baru hari ini aku lihat kamu di perpustakaan sekolah?”, tanya zayn
“thank you. Yea, I’m the new student. Baru tadi pagi”, jawabku. ah, dia menggombal.

“so, kamu ambil jurusan apa?” tanya zayn kepadaku
“Aku ambil 2, physic sama seni, kamu?”
wow! Anak exact nih ceritanya? Aku Cuma ambil jurusan seni. Temenku ada yang ambil 2 kayak kamu, Niall Horan. Kenal?” dia tetap dengan gayanya yang ‘calm and cool’

“kenal. That crazy boy, kita duduk sebelahan pas pelajaran geografi.” kataku dengan malas, dan tiba-tiba mood pun hilang.

“ha? Crazy boy? Haha” dia tertawa kecil dan itu membuatnya lebih dari tampan
“kenapa?” ekspresiku tetap aja datar.
“ya lucu aja” dia masih tertawa, lalu kami duduk di salah satu kursi koridor sekolah.
“zayn malik? Are you okay? Huh?” Kataku dengan ekspresi bingung
“kamu tuh lucu, bilang niall dengan sebutan “crazy boy”” kata dia sambil merapikan tawanya.
“emang salah? Itu kenyataan bagi aku. Dia itu cowok nyebelin yang pernah aku temuin!” ekspresiku datar lagi.
“evanna, evanna.. niall itu idaman cewek, hampir cewek satu sekolah ini naksir berat sama dia, Cuma ya gitu…. Dianya cuek, ga mikirin pacaran sekarang. Tapi aslinya niall itu baik, lucu, agak childish mungkin, cuek sedikit, tapi asik kalo kamu udah kenal dia” zayn ceramah panjang lebar gue rasa.

“huh… ya bodo amat deh sama si niall gila itu. Biar aku tebak, kamu sahabatnya?”
“yap! You’re right. Dan dia satu-satunya Irish di kelas 3 loh”, ucap Zayn bersemangat

“ohaha, yaterus?” ekspresiku makin datar. “zayn, aku harus balik ke kelas nih. Duluan ya, bye!” aku beranjak dari tempat duduk dengan ekspresi tersenyum yang kupaksa.
“eh eva, nanti pulang bareng mau gak?” tanya zayn sambil menggigit bibir bawahnya.
“um, lihat nanti ya zayn. Dah!” kali ini senyumku tulus dan aku pegi meninggalkan zayn dan menuju ke kelas dan aku harus sabar lagi untuk bertemu dengan the crazy boy, niall horan.

‘zayn javaad malik, lo punya daya tarik yang unik dan ternyata banyak omong juga kalo udah kenal, gue fikir pendiam haha’ batinku bicara hal yang sama untuk kesekian kalinya dan aku jadi senyum-senyum sendiri.


-author’s POV-

Saat evanna lagi di perpustakaan sama zayn. Niall lagi sama anak2 1D yang lain, kecuali zayn ya.
Kalian tahu? Ini pagi terburuk gue rasa”, Niall memulai percakapan dengan ke-3 sahabatnya
hush! gaboleh ngomong gitu” liam memberi petuah
“what’s wrong niall?” kata Louis
“there’s a new student in my class. Female. Bawel, cerewet, nyebelin abis. Tadi pagi pas gue ketemu dia rambut gue disiram pake minuman yang gue beli dari kantin. Parah!” niall udah kayak temperamental nih dan dia ngomong itu sambil makan pizza yang tergeletak di meja ruangan 1D biasa latihan dengan rakus.
Oh iya, ruangan latihan 1D di Norcross London School emang sengaja disewa sama manager mereka buat ruangan kumpul mereka biasanya kalo ada keperluan, udah berasa rumah aja disitu.

“woho, is she beautiful?” harry menggoda niall sambil tertawa diikuti tawa liam and louis

“lo tuh, bukannya redain amarah gue malah nanyain ceweknya kayak apa” niall makin bete dan sifat childishnya keluar deh dengan pizza yang masih penuh di mulutnya.

“keep calm bro, yah sabar aja lah. Tapi kayaknya dia cewek pertama yang berani kayak gitu ya. Siapa namanya?” sambung liam meredakan sifat childishnya niall.
“yap right! Emang cewek aneh. Evanna. Yaudah lah, gue mau ke kelas dulu ya. Lagi pingin main gitar disana, suasananya selalu nyaman”, Niall curhat.
“yooo. See you niall!” kata harry, liam, Louis berbarengan dan niall Cuma dadah membelakangi mereka sambil membawa gitar kesayangannya.
“um, strange girl. Don’t you think?” kata Louis setelah niall menjauh pergi. “I think they will be an enemy” sambung harry.
“I don’t hope so” liam berpetuah lagi.


-Evanna’s POV-
----class----

Saat aku memasuki kelas aku mendapati Niall bermain dengan gitarnya, hanya dia sendiri di kelas. Aku masih berdiri di ambang pintu tertegun melihatnya karena disitu dia nyanyi ‘my love’ nya westlife. Membuat suatu goresan kecil terbuka lagi dalam benakku...

Mengingatkanku dengan mantan pacarku, dia keturunan Amerika, tapi tinggal di Jakarta, aku menjalin hubungan dengannya saat aku di Indonesia.  Dia meninggal tepat 1 minggu setelah kelulusannya dari kelas 9 SMP, dan 2 hari setelah anniversary ke-15 bulannya denganku. Yap, dia kakak kelasku. Aku menyayanginya, sangat sangat menyayanginya, dia selalu membuatku terhibur disaat apapun, dia yang membuat jiwaku selalu tenang, dia segalanya bagiku kala itu. Hari- hari yang kami lewati saat SMP aku selalu menganggap itu hal terindah, dia mengajarkanku apa itu cinta, apa itu kasi sayang. Mungkin waktu itu kita sama-sama masih kecil, tapi itu hal terindah buat aku.
Hari itu dia dipanggil kembali oleh Yang Maha Kuasa, tanggal 25 Juni. Penyakit kanker otak yang dimilikinya sudah tidak bisa diatasi lagi, sudah stadium akhir. Dia bahkan tidak pernah menceritakan itu padaku. Aku pergi ke rumah sakit dan mendapati dia benar-benar sakit, wajahnya pucat tapi dia tetap bersih keras memintaku berbicara dengannya dan menyruhku untuk tetap tenang. ‘kakak’ itu panggilanku kepadanya dan ‘adek’ adalah panggilannya kepadaku.

 Aku tak tahu itu adalah tatapan kami untuk terakhir kalinya, satu menit kemudian dia menutupkan matanya dangan senyum terakhir terajut di wajahnya. Kedua orangtuanya terpukul, mereka menangis melihat anak ke-2 mereka terbaring lemah dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya saat itu, kakak perempuannya yang berada disisiku saat itu mencoba menenangkan ke-2 orangtua Alvin. Ya, Alvin, dia nama mantan pacarku. Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, menyuruhnya untuk bangun membuka kembali matanya, aku menangis dihadapan raganya yang masih utuh dihadapanku. Air mata yang dari tadi kutahan mengalir deras membasahi pipiku, itu adalah air mata terakhirku sejak dia pergi. 
Aku menyayanginya sungguh sungguh menyayanginya. Dia yang sangat menegertiku, dia yang selalu mengajariku cara bersabar. Setelah kepergiannya, aku tidak menangis lagi, aku selalu terdiam dan kadang menajadi sangat pemarah, namun lambat laun itu berkurang menajdi sifatku yang sekarang “moody”. Sejak kepergiannya, keluarganya pindah ke Canada, mereka memakamkan Alvin di Canada, tempat kelahirannya dan aku datang ke pemakamannya. Aku tidak menangis, aku menahan tangisku sekuat mungkin, aku tidak ingin menangis saat dia pergi. Aku ingin dia melihatku tegar tanpa tangis disana. Aku merindukannya, hanya dia yang tau cara agar aku tidak meluapkan amarahku.
Itu hanya sebagian kecil dibanding rasa rinduku padanya. Tapi aku tau “life must go on”, tahun-tahun di Indonesia bagiku tidak lebih dari kenangan belaka, sekarang semuanya terkubur disana. Alvin, kenanganku dengannya, tangisku, canda-tawa bersama orangtua dan kakaknya, semuanya telah berakhir disana. Semua lagu kenanganku dengan Alvin, termasuk My Love, lagu favorit kami berdua. Saat aku bersamanya dia selalu memainkan pianonya dan bernyanyi lagu itu denganku. Dia juga yang membuatku menyukai westlife, semuanya karena dia. Dan sejak kepergiannya juga aku berniat untuk tidak pernah mendengar ataupun menyanyikan lagu itu lagi, cukup saat dengannya. Sejak aku lulus SMP kemudian di SMA aku benar-benar tidak ingin enjalin hubungan dengan siapapun, aku rasa cukup berteman, aku masih belum rela menerima kenyataan Alvin, belum ada yang bisa menggantikannya sampai sekarang. Aku pindah ke London, bukan untuk melupakannya, dia tidak akan mungkin bisa kulupakan dalam memori ingatanku, dia akan menjadi hal terkecil yang terindah yang tak akan kulupakan.

Tak sadar aku berdiri di ambang pintu selama 5 menit dan aku menitikkan air mata saat mengingat memoriku dengan Alvin, hingga kini benakku dipenuhi ingatannya lagi. Aku menangis untuk yang ke-2 kalinya sejak hari kepergiannya, dan ini tangisan pertamaku di London. Aku tersadar setelah seseorang menepuk pundakku dan aku buru-buru mengelap tangisku walaupun hanya sedikit air yang jatuh.





Siapa yang menepuk bahu Eva kira-kira?^^
Next Part? :)x
Please Leave your comment
Thank you ^^

Minggu, 17 Maret 2013

It's Niall Love Story (You Change My Life)


Part 1

 
Halo Aku Evanna Lawrence Watson, 17 tahun. Panggil aku Eva atau ev. Aku takut gelap, fanatic dengan harry potter, westlife, dan justin bieber, moody. Aku keturunan Indonesia- France, mom Indonesian Dad French. Aku 3 bersaudara, kakak laki-lakiku bernama Daniel Andrew Watson, dia 19 tahun dan adik perempuanku bernama Luna Angelina Watson, 15 tahun. Aku tinggal di Paris sejak lahir sampai umurku 5 tahun, ketia aku 6-16 tahun, aku tinggal di Jakarta, Indonesia. Sekarang aku berada di London untuk melanjutkan sekolahku. Aku bersekolah di Norcross London School, dan sedang berkeliling untuk mengetahui keadaan sekolah,saat itu sedang di halaman sekolah.




BRUKKKKK!!!





Seseorang sukses membuat bajuku basah dan kotor dengan makanan dan minuman yang dia bawa di tangannya. 
 “HEY! KALO JALAN PAKE MATA DONG! Lihat nih baju gue kotor gini!! Argh!” bentakku kepada orang itu sambil mencoba membersihkan bajuku yang kotor. 

Aku memerhatikan cowok itu, cowok irish sepertinya, dengan rambut blonde,tinggi badannya lebih tinggi sekitar 10 cm diatasku, mata biru yang hidup, tampan, dan menawan. 
“oh god! Lo lihat gak nih? Baju gue basah? Jalan tuh lihat-lihat kek! pokoknya Lo harus ganti baju gue gatau gimana caranya! Dasar cowok nyebelin lo! Lo harus tanggung jawab!” aku marah-marah sama dia.

“udah ngomongnya? Lo ga lihat nih makanan gue jadi jatuh gini?! Gabisa dimakan lagi! Gatau orang laper ya?!” jawab cowok itu dengan santainya dengan tampang gak berdosa dan balik marah2 lagi.

“ARGH! Dasar cowok gila! Rasain nih!” spontan aku menyiram rambutnya dengan sisa minuman yang tadi tumpah yang ada di tangannya.

“Lo apa-apaan hah? Nyiram gue kayak gitu?”
“apa-apaan? Lihat nih baju gue basah! Sekarang adil!” aku berjalan menjauhinya dan cowok itu bukannya minta maaf malah sibuk sama rambutnya.
 “dasar cewek aneh! Damn!” teriak cowok irish itu dari jauh.
Aku tak mempedulikannya dan tetap berjalan ke toilet sekolah.

-bel-

“Evanna Lawrence Watson?” sahut seorang wanita muda berpakaian serba formal memanggil namaku, aku rasa dia kepala sekolah di Norcross London school. 
“yea, sir. I am” jawabku sembari mendekatinya.

“I’m Rose Hefley the headmaster of this school, just call me Ms. Rose. you’re a new student, aren’t you? I’ll show your class, keep follow me”, katanya.
“oh yeah, I’m evanna sir. Okay” aku mengikutinya sampai menuju ke kelas yang aku seharusnya berada.


*Knocking*

Seorang laki-laki berparas layaknya orang English tulen berdiri di hadapanku, aku rasa dia guru yang akan mengajarku. Tinggi, putih dan ya kalian tau selayaknya orang inggris biasa.

“Good morning Mr. Robert! This is your new student, Evanna” said Ms. Rose. 

“oh,please come in” kata mr. Robert membalas. Lalu aku masuk kelas itu dibimbing oleh mr. Robert dan ms. Rose kembali ke ruangan asalnya. Mr.robert menyuruhku untuk memperkenalkan diri. Tapi…… saat masuk kelas lagi-lagi untuk ke-2 kalinya aku bertemu dengan cowok yang tadi pagi menabrakku, aku dan dia saling bertatapan untuk beberapa detik.

“students, now we have a new class mate! Beri salam padanya” mr. Robert mencoba meminta perhatian dari murid-muridnya yang sedang asik dengan kegiatan mereka sendiri. Ada yang sedang baca buku, ada yang main handphone, mengobrol, dan diam…. Lalu mereka semua menyambutku dengan 
“Hello! Good Morning!” kecuali si cowok gila itu. 

“okay evanna, now introduce yourself to us” perintah mr. Robert lagi.

“okay, hello guys I’m evanna Lawrence Watson! You can call me eva or ev. I’m from Indonesia but I was born in Paris. I wish we could be good friend, thank you for your attention” kataku hanya dengan beberapa kata, singkat padat dan jelas.

“okay evanna now get your sit…… beside Niall, there in second line” sambung mr. Robert

“SIR! I don’t want to sit with her!”, bantah laki-laki itu. 
“Why? Cuma kursi disebelah kamu yang kosong”, kata Mr. Robert. 

“sir, dia duduk di tempatku saja aku akan pindah ke sebelah niall.” Sambar cewek yang terlihat keturunan irish juga dengan rambut panjang sepunggung dan cantik.

“gak! Gak lo!” niall membentak cewek yang tadi minta duduk di sebelah dia.

“Evanna, just sit there”, kata Mr. Robert lagi. aku hanya menurut.
“argh! How can that girl?!” gerutu Katie. ‘Aku rasa perempuan yang bernama Katie itu menyukai si cowok gila ini, tapi rasanya si cowok ini ga suka’ batinku saat menuju tempat dudukku ‘ah bodo amat, apa urusan gue’. 2 orang perempuan yang duduk di depanku menengok ke belakang tempatku duduk.

“hey eva, I’m Julie Paula Davidson, just call me Julie. And this is Helena Elvin McCartney, just call her Helena” kata perempuan berambut coklat pirang lurus diikat 1 dibelakang kepalanya, wajah yang cantik dan keturunan English tulen. 
“Hey Eva!” sambut perempuan yang duduk disebelah Julie, Helena. Perempuan ini rupawan dan modis sepertinya sama seperti Julie yang benar-benar keturunan English. “you’re look so beautiful! Kamu beda. Ga kayak perempuan English lainnya” kata mereka berbarengan dengan nada suara dengan naik 1 oktav. 

“thank you, aku memang bukan keturunan English. Mom Indonesia Dad French” kataku sambil tersenyum. “pantes aja, kamu itu BEDA” kata Mereka sembari tersenyum lalu membalik badan kedepan dan memerhatikan Mr. Robert menjelaskan.

“okay, now students let’s open page 143!” perintah mr.robert “and evanna, have you got the book?”.

 “not yet sir, I’ll take it after school’s out” sahutku. “so, you can join with niall” lanjut mr.robert . 

“I know it will happen. But sir, apakah gabisa dia ambil buku itu ke Ruang TU sekarang?” bantahnya.
“ini Cuma untuk sekali niall horan! ” Mr. Robert angkat suara. Kemudian aku belajar geography selama kurang lebih 4 jam aku belajar dengan 1 buku berdua dengan cowok gila ini.

“bored” keluhku dan niall menatapku sinis.

“ini pelajaran paling seru! Geography. Seharusnya kau menyukainya. Aku selalu dapat nilai bagus di pelajaran ini” komentarnya dengan tatapan sinis padaku membuatku makin bosan.
“oh” balasku singkat. Ingat? Dia menyebalkan. Dia diam, mungkin sebabnya karena ia menyukai pelajaran ini atau apapun itu aku tak mau ambil pusing.


-bel istirahat-

“akhirnya!” sahutku setelah hampir semua orang keluar dari kelas dan masih ada beberapa orang dan si cowok gila ini. 
“huh, dasar cewek aneh! Pemalas. Gue yakin lo gitu” katanya dengan wajah sombong. 

“ih, lo tuh apa sih? Tiap gue ngomong lu selalu aja nyambung-nyambung?!” bentakku dengan mata sinis.
“problem? Mulut gue ini, suka-suka gue lah mau ngomong apa”
“UH!” aku hanya bisa menatapnya dengan sinis untuk yg kesekian kalinya.

“Hello niall! Kantin yuk! Daripada kamu ngomong sama cewek ini buang-buang energi” tiba-tiba Katie, cewek yang tadi minta tukeran kursi dating menghampiri niall dan gue yakin pasti cewek itu naksir sama si cowok gila ini.
“gue sibuk. sorry” balas si niall dengan jutek
“uhuk” aku terbatuk, tak kuasa menahan tawaku.

“hey! Apa yang kamu tertawakan?! Gausah ikut campur urusanku!” bentak dia dan wajahnya hampir 5 cm jaraknya dengan wajahku, kau tahu? Ini sangat seram.
“eh? Maaf.. maaf, tapi itu lucu buatku uhuk” aku masih nyaris tertawa
“Shut up! Awas kau ya…” lalu Katie berlalu dan wajahnya merah banget, mungkin karena ucapanku yang tadi. Haha.

Di kelas masih ada Julie dan Helena yang dari tadi memperhatikan percakapanku dengan manusia2 tolol itu. “Eva, kamu harus hati2 sama Katie” sambung Julie.
“emang kenapa? Cewek itu Cuma besar omong aja kurasa. Kasihan banget” balasku
“dasar kamu nih. Bisa aja berani sama cewek nyebelin itu” Helena melanjutkan
“ngapain takut? Cewek gitu aja”
“dasar kamu tuh, haha” mereka ber-2 tertawa. “kamu mau makan siang bareng kita nggak?” tawar Helena.

“um, gak deh. Aku mau ke perpustakaan, mau baca buku.” Kataku. Aku bukan pecinta buku secara langsung, tapi aku lebih suka novels. Tapi terkadang aku akan membaca beberapa buku pelajaran jika sangat bosan dengan novel.

“oh, okay. Bye! See you at class in second lesson!” mereka pergi meninggalkan kelas dan aku segera menuju perpustakaan yang berada di lantai 1, sedangkan kelasku di lantai 2. Aku sudah tau letaknya karena bertanya pada beberapa guru yang lewat di koridor, sekalian mengenal mereka.


-Library-

Perpustakaan itu luas dan buku-buku yang terletak di raknya terlihat sangat rapi. Rak-raknya berbentuk 2 sisi, maksudku ke-2 sisnya tidak ditutup oleh kayu lagi, jadi buku-buku bisa diambil dari sisi kanan maupun kiri. Sebaiknya kalian bayangkan sendiri.

“excuse me sir, is there novels here?” tanyaku kepada librarian di perpustakaan
“of course, there” librarian yang dikenal dengan nama mr. Mark itu menunjukan tempat novel berada
“is there harry potter’s novel?”
“owh, are you fanatic with that? Me too. Ah, ada di sekitar tempat novel baris pertama, you can find it there!” sahutnya antusias
“ah ya, thank you sir. Maybe sometimes we can share about it” aku melangkah menuju kumpulan buku-buku penuh ilmu itu, tidak banyak anak yang mengunjungi perpustakaan yang bisa dibilang luas ini, mungkin yang lainnya sedang makan siang. 

Aku menuju ke tempat novel harry potter berada, dari season 1-7. ‘complete’ batinku. Disana juga ada novel-novel lain seperti twilight, hunger games, summer in Paris dan novel-novel lain yang keren. Aku memerhatikan novel-novel harry potter itu dengan baik, sungguh terlihat rapi dan seperti baru dibeli. Aku mengambil novel harry potter season 1, aku ingin membacanya lagi dan ketika aku mengambilnya, aku rasa buku itu tersangkut di dalam rak itu karena aku tidak bisa menariknya seperti ada orang lain melakukan gerak tolak lain dari sisi didepanku. Dan benar, seseorang tengah mengambil buku itu juga, aku menatapnya dan diapun begitu. Aku tidak merasa ingin marah seperti saat cowok gila yang bernama niall itu menabrakku, perasaanku aneh. Aku meng-enyahkan untuk menatapnya dan aku mulai salah tingkah. 

“sorry” kataku mendahuluinya yang aku tau mungkin dia akan melakukan hal yang sama.
“no, I’m sorry. I didn’t see you. Just take it I’ll take the same like this in……..here. nah, sama2 dapat novelnya kan” dia mengambil novel Harry Potter season 1 di rak bawah. Untungnya novel harry potter season 1-7 tidak hanya 1 pak, tapi masih banyak. Kalau dilihat 1 rak buku dari atas sampai bawah berisi novel Harry Potter semua! Cool. Lalu cowok yang tadi mengambil novel yang sama sepertiku menghampiriku ketika aku sudah duduk di salah 1 kursi perpustakaan itu dan duduk di sebelahku.



Next Part? :)
Please leave your comment.
Thank you^^