Aku tersadar setelah seseorang menepuk pundakku dan aku buru-buru mengelap tangisku walaupun hanya sedikit air yang jatuh..Aku sadar dia ternyata Niall dan dia menatapku bingung.
“Lo
nangis?” Niall
menatapku dengan bingung dengan wajah seriusnya. Ini pertama kalinya aku
melihat wajahnya dengan penuh makna, wajahnya berubah, itu bukan wajah cowok
cuek yang aku temui tadi pagi ataupun wajah cowok pembantah guru karena diriku.
Aku segera melenyapkan fikiran itu dan tersadar.
“hah?
Nggak” kataku sambil mengusap pipiku yang basah.
“lo
aneh ya. Nangis di ambang pintu itu ngalangin jalan orang tau gak?” dia seperti
mempermainkan orang, wajahnya dari serius lalu ke wajah yang seperti
menyebalkan lagi.”pakai nih” dia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan
memberikannya padaku.
Dulu, saat aku bersama Alvin, dia selalu membuatku
nyaman apapun keadaanku. Mengusap pipiku ketika aku menangisa karena hal
sepele, tapi sekarang Niall. Dulu, Alvin yang selalu memberiku pelukan ketika
aku menangis, dia yang selalu bilang padaku ‘everything’s gonna be alright. I always
by your side’. Aku mengambil sapu
tangannya “thanks” untuk pertama kalinya aku tersenyum padanya dan
berterimakasih.
“butuh
temen buat share?” dia menawarkan
“Lo
anggap gue temen?” aku bertanya dengan pertanyaan tolol ini.
“gue
gatau, tapi yang jelas gue ga pernah tega lihat cewek nangis kayak gini” untuk
pertama kalinya juga ia membuatku nyaman di dekatnya, lalu kami duduk di bangku
kelas kami, aku hanya tersenyum melihatnya.
“Lo
sedih ya? Tapi kok tiba-tiba?” tanya niall penasaran. Ini pertama kalinya gue
liat dia gak cuek
“eh?
Niall horan bisa perhatian juga?” tanyaku polos
“dan
apa gue harus ninggalin cewek yang lagi nangis gitu? Listen, gue ga seburuk
sama apa yang lo tau. Gue gasuka lihat cewek nangis, gue suka ketika melihat
mereka tersenyum” katanya lagi sambil memegang ke-2 pundakku dan mulai menatap
mataku, akupun sebaliknya menatap bola matanya yang biru, indah, dan hidup
dalam kegelapan.
‘dulu
Alvin yang selalu bilang gitu ke gue, dia yang akan buat gue selalu tersenyum
dan gasuka lihat gue nangis’ batinku saat menatap mata niall. “Alvin” kataku
pelan dan tanpa kesadaran.
“Alvin?”kata
niall, rupanya dia menyadari aku mengatakan itu.
“maaf,
nevermind” kataku buru-buru
“gue
keluar dulu. Ada perlu. Pastiin sapu tangan gue lo cuci sebelum lo balikin”
katanya dengan wajah mempermainkan. Dia melangkah keluar dari ambang pintu dan
aku sendirian di kelas.
“uh,
cowok nyebelin! Minjemin kayak ga ikhlas” gerutuku setelah dia jauh ‘tapi
ternyata dia ga seburuk yang gue fikirin. Dia….. ah, apa sih gue nih. Dia beda
sama Alvin! Gaada mirip-miripnya!’ batinku. Aku cepat-cepat mengenyahkan
fikiran bodoh itu, dia Cuma kasihan sama gue dan mungkin tadi Cuma acting.
Udahlah, si cowok sinting itu gausah gue fikirin lagi. ‘ini sapu tangan ngapain
gue ambil lagi’ batinku menggerutu lagi, yap! Mood gue masih ancur loh.
>SKIP<
pulang sekolah
Zayn
datang ke kelasku dan saat semua anak masih ada, mereka menghampiri zayn. Zayn
udah kayak artist aja dikerumuni cewek-cewek, lalu Niall menghampiri dia
ketika perempuan-perempuan itu pergi dari zayn.
“what
are you doing here, zayn? Lo bisa remuk sama mereka haha” kata niall
menghampiri zayn, pastilah aku mendengarnya. “hey niall! I just wanna pick up
her. Evanna” kata zayn lagi dan Niall menunjukkan wajah tanda tanya besarnya
itu dan aku rasa mereka akan mengobrol untuk beberapa saat. Aku masih duduk di
kursiku, sembari membereskan barang2 di mejaku.
“waaahh,
eva… zayn picks you up?! Oh, dimana kamu mengenalnya?” Julie tiba-tiba menengok
kebelakang, ke mejaku.
“oh,
aku ketemu dia di perpustakaan saat istirahat tadi” kataku masih dengan
membereskan buku-bukuku.
“kamu
itu beruntung banget!” sambung Helena.
“biasa
aja kalo menurutku, haha. Um, yaudah ya. Aku pulang duluan! Bye” kataku mau
melangkah pergi menuju ke luar kelas tapi seseorang menghalangi jalanku. Guess
who? Katie dan ke-2 temannya, aku rasa mereka sejenis “gank tidak ternama” di
Norcross London School ini.
“Cewek
beruntung hari ini ternyata si anak baru! Udah duduk di sebelah niall dan
sekarang dijemput sama zayn malik!” celoteh si Katie itu, aku rasa dia menyukai
niall dan zayn atau mungkin seluruh laki-laki di dunia ini dia suka.
“is
there any problem for you?” kataku singkat.
“kamu
itu nyebelin banget sih! Dasar anak baru!” katanya lagi sambil mendorong
bahuku. Aku tidak melawan karena aku lelah bertengkar dengan cewek gila ini,
lebih baik diam. Lalu dia angkat kaki duluan dari kelas, Julie dan Helena
menghampiriku. Tentu aja mereka nanyain aku kenapa dan harus jauh2 dari si
Katie and kawan-kawannya itu and I just say ‘it’s okay’. Lalu aku menemui zayn sendiri
dan rasanya niall sudah pulang duluan, syukurlah.
“hey
zayn! Sorry lama. Tadi ada accident kecil di kelas” kataku saat bertemu dia di
luar kelasku.
“it’s
okay beauty” katanya enteng.
“sorry?”
kataku karena mendengar dia memanggilku dengan sebutan ‘beauty’. Jujur saja,
sejak istirahat tadi aku masih terfikir Alvin. Dia memanggilku ‘adek’, bagi dia
aku adalah adik yang paling dia sayangi begitupun aku dia adalah bagaikan kakak
yang paling kusayangi.
“nevermind.
Oh iya, tadi kata niall jangan lupa balikin sapu tangannya” kata zayn lagi
“uh,
cowok gila itu nyebelin banget!” keluhku dengan wajah cemberut, mood ku berubah
lagi. Zayn Cuma tersenyum melihatku.
By
the way, aku sudah mengambil buku2 pelajaranku saat istirahat ke-2 dan
untungnya bukunya ga terlalu berat,jadi bisa masuk tas.
“pacarmu
ga marah kamu anter aku pulang?” tanyaku asal
“pacar?
Aku masih single lagi” katanya sedikit tertawa
“huh? Masa sih? Ga percaya deh haha”, candaku
“beneran. Cari pacar susah kali”, balas zayn
“oh
iya, alamat rumahmu dimana?” tanya zayn setelah keluar dari gerbang sekolah
“Bradford
blok F no. 17” kataku dengan senyum simpul
“really?
Rumah kita deketan dong? Aku blok D tapinya no. 15”
Di
mobil kita sharing tentang harry potter, semuanya tentang itu.
-----home----
“thanks
for today zayn! I wish we can be close friend” kataku saat telah
mencapai depan rumahku sembari melepaskan sabuk pengamannya.
“yap!
You’re welcome” katanya dan aku membuka pintu mobil silvernya itu. “evanna!”
katanya lagi sambil meraih pergelangan tanganku. Aku salting lagi dan memegang
leher belakangku, itu adalah kebiasaanku jika aku sedang bingung ataupun
salting.
“um,
yea?” kataku
“take
this! Call me maybe” ucapnya sembari memberiku kertas berisi nomor handphone, serta
pinBBnya.
“oh
yeah, sure;)” kataku sambil menutup pintu mobilnya. Lalu dia pergi.
Aku
masuk ke dalam rumah dan mendapati Luna dan Mom, sedang menonton suatu
wawancara artist gitu lah istilahnya Talk show kali ya. Judul acaranya “Talk
with Us”. Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu, makanya mungkin
aku salah 1 anak yang ketinggalan jaman, aku lebih suka bergelut dengan
buku-buku atau hang out dari rumah ke alam bebas, bukan hutan liar juga. Tapi,
karena aku sedang malas jadi aku bergabung dengan mom dan adikku, Luna.
“hello
mom! Hello luna!” kataku sambil duduk disebelah mom dan mengambil popcorn yang
ada di tangan luna.
“hey
you! Give it back!” kata Luna sambil bergaya seakan-akan dia sedang bermain di
film detective.
“hello
dear!” kata momku. Aku membaringkan diri di sofa putih tempat mom dan luna
duduk, sangat empuk gumamku.
“evanna,
aku lihat di acara ‘talk with us’ yang lagi iklan itu personil-personil one
direction sekolah di sekolahmu” kata luna “di Norcross London School, is that
true?” sambungnya lagi.
“hah?
Siapa tuh one direction? Lo salah kalo nanya kayak gitu ke gue. Gue gatau”
kataku sambil mengunyah popcorn. Aku memang suka makan, tapi bisa di forsir
kok.
“luna
luna, kamu kok tanya ke kakak kamu yang kuper ini? Dia gatau sayang” kata mom
dengan candanya
“yeee,
mom ini. Aku emang gasuka lihat acara ga jelas kayak gitu” sahutku lagi
“mom,
aku rasa evanna perlu diberi tontonan tv lebih banyak” kata luna datar
Aku
dan mom hanya bisa tertawa mendengarnya, hubungan keluargaku cukup baik. Kami lebih
suka tertawa bersama di ruang keluarga, sekalipun ada yang tidak mau keluar
kamar itu adalah aku, bergelut dengan novel-novelku.
Ga
lama, acara talk show TV itu mulai lagi…
“nah
itu tuh one direction!” kata luna semangat. Aku memerhatikan baik-baik dan
samar-samar aku seperti mengenal 2 orang yang katanya merupakan anggota One Direction. yang satu dengan
tampilan cool tapi santai dan yang satu lagi irish. ‘kok mirip zayn sama si
cowok gila itu ya (niall)?’ batinku.
“wah
ada zayn malik, dia baru datang kayaknya. Tadi mereka Cuma ber4. Evanna, aku
tunjukkin nih, yang irish itu niall horan, yang sebelahnya niall itu liam
payne, yang tengah harry styles, itu Louis tomlinson dan itu zayn malik” kata
luna lagi dengan cepatnya.
“TUNGGU!
Tadi kamu bilang apa? Z…z…za…zayn malik? Dan cowok gila? Ehm, maksudku Niall
Horan?” mataku menuju pandangan kea rah luna serius.
“iya,
zayn javaad malik and niall james horan! Dia anggota 1D!” luna histeris.
“kenapa
eva?” mom kali ini bicara. ‘zayn malik and cowok gila itu? Artist?’ batinku.
Lalu aku menanyakan lagi semua tentang anggota 1D kepada luna, dia fans berat
mereka dan aku baru tau itu SEKARANG. Kakak macam apa? Maaf, kalo music aku
Cuma fanatic sama westlife dan taylor swift dan justin bieber. Dan aku menceritakan kejadian di sekolahku hari ini,
mulai dari ketemu niall dan pulang bareng zayn, mom pun memperhatikannya dengan
serius. Sedangkan talk show yang berlangsung jadi kita anggurin deh, kalo gue
sih bodo amat.
“JADI
KAMU TADI PULANG SAMA ZAYN MALIK? DAN DISEKOLAH SEBANGKU SAMA NIALL HORAN??!!”
dia berdiri menatapku tak percaya
“iyaaaa,
jangan berlebihan deh” kataku singkat dengan ekspresi datar, habis dia lebay
sih nanyannya.
“cieee,
hari pertama di anter pulang sama artis. Dan sekelas sama artist, ehmmm” mom
meledekku dan ekspresiku menjadi blushing tapi tetap datar.
“mom apaan sih”
Kira-kira habis ini Eva mau ngapain lagi ya?
Next Part, okay? :)x
Please Leave your comment
Thanks^^